IMRAN BIN HUSHAIN
![]() |
Imran takut kepada Allah bukanlah karena ia telah banyak melakukan dosa. Sebab setelah menganut Islam, boleh dikata, sedikit sekali dosanya. Ia takut dan cemas karena mengetahui keagungan dan kebesaran-Nya, sehingga beranggapan, bagaimana pun ia beribadat – ruku dan sujud kepada-Nya, ibadat dan syukurnya itu belumlah sebanding dengan nikmat yang telah ia terima.
Beberapa sahabat bahkan pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, kenapa kami ini? Bila kami sedang berada di sisimu, hati kami menjadi lunak hingga tidak menginginkan dunia lagi, dan seolah-olah akhirat itu kami lihat dengan mata kepala. Tetapi ketika kami meninggalkanmu, dan berada di lingkungan keluarga, anak-anak, dan dunia kami, maka kami pun telah lupa diri?”
RasuIuIlah SAW bersabda: “Demi Allah, Yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya! Seandainya kalian selalu berada dalam suasana seperti di sisiku, tentulah malaikat akan menampakkan dirinya dan menyalami kamu. Tetapi yang demikian itu hanya sewaktu-waktu !”
Imran bin Hushain mendengar pembicaraan itu, maka timbullah keinginannya, dan ia bersumpah tidak akan berhenti dan tinggal diam, sebelum mencapai tujuan mulia tersebut, bahkan walau terpaksa menebusnya dengan nyawanya sekali pun. Ia juga tidak puas dengan kehidupan yang hanya sewaktu-waktu itu. Ia ingin memusatkan perhatian dan berhubungan selalu dengan Allah SWT.
Pada pemerintahan Umar bin Khatthab, Imran dikirim oleh khalifah ke Bashrah, untuk mengajari penduduk dan membimbing mereka mendalami agama. Kemudian, ketika ia tiba di Bashrah, ia dikenali oleh penduduk, sehingga mereka lantas berdatangan untuk mendapatkan berkah darinya dan meniru teladan ketakwaannya.
Hasan Basri dan Ibnu Sirin berkata: “Tak seorang pun di antara sahabat-sahabat Rasul SAW yang datang ke Bashrah, dan dimuliakan melebihi Imran bin Hushain.”
Imran bin Hushain sangatlah mulia, ia banyak menghabiskan waktunya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT, sehingga seakan-akan ia adalah seorang malaikat yang hidup di lingkungan malaikat.
Saat terjadi pertentangan antara kaum muslimin, yaitu golongan Ali dan Mu’awiyah, Imran sama sekali tidak memihak golongan manapun. Ia bahkan menasihati umat agar senantiasa mempertahankan ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Pada mereka ia berkata, “Aku lebih suka menjadi pengembala rusa di puncak bukit sampai aku meninggal, daripada melepaskan anak panah ke salah satu pihak, biar meleset atau tidak.”
Kepada orang-orang Islam yang ditemuinya, diamanatkannya: “Tetaplah tinggal di masjidmu. Dan jika ada yang memasuki masjidmu, tinggallah di rumahmu. Dan jika ada lagi yang masuk hendak merampas harta atau nyawamu, maka bunuhlah dia.”
Keimanan Imran bin Hushain membuahkan hasil yang gemilang. Itu terbukti, ketika ia mengidap suatu penyakit, yang selalu menggangunya selama 30 tahun, tak pernah ia merasa kecewa atau mengeluh. Bahkan, tak henti-hentinya ia beribadat kepada-Nya, baik di waktu berdiri, di waktu duduk, dan berbaring.
Ketika para sahabatnya dan orang-orang yang menjenguknya datang, dan menghibur hatinya terhadap penyakitnya itu, ia tersenyum sambil berkata: “Sesungguhnya barang yang paling kusukai, ialah apa yang paling disukai Allah.”
Posting Komentar untuk "IMRAN BIN HUSHAIN "