Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manusia Lalat

Kehidupan ini tidak selalu membawa manusia kepada keadaan yang mudah dan menyenangkan. Tak jarang manusia berada pada titik terbawah, karena cobaan dari Allah atas materi duniawi. Selanjutnya, mereka begitu dianggap rendah sehingga kehadirannya pun tidak dihiraukan. Bahkan, cenderung terusir seperti kotornya seekor lalat. Dan tak jarang, bahkan kita sendiri adalah tersangka dari semua perbuatan itu. 
Pernahkah sejenak kita mengadakan kilas balik dari hari- hari yang telah kita lalui? Masih ingatkah kita tentang perlakuan, kelakuan, dan kekhilafan kita atas mereka, yang kita lakukan dengan sengaja ataupun tidak? Sampai-sampai terasa, bahwa mungkin kitalah yang pantas disebut miskin, lusuh, dan rendah. Kadang, secara sadar atau tidak, kita menghinakan mereka, dan memperlakukan mereka seperti seekor lalat yang pantas untuk ditepis begitu saja.
Tidak hanya itu, kita kadang mengira bahwa kebahagiaan dan kedamaian tak akan hadir dalam hidup saudara kita yang seperti itu. Tapi, apakah kita akan tahu bahwa kebahagiaan justru akan tersedia setelah mereka yang menangis, tersayat dan tersakiti? Ya, justru dengan proses kesakitan itu, mereka akan belajar menghargai pentingnya setiap sumber kebahagiaan yang mungkin esok atau lusa akan menghampiri mereka. 
Lihatlah para orang miskin itu, yang bahkan dengan sebelah mata pun kita tidak mau memandangnya. Mereka memang tidak lebih memiliki harta seperti kita, namun siapa yang dapat mengukur kepastian kemuliaan yang dimiliki oleh mereka dihadapan Allah? Siapa yang bisa menyangka jika mungkin justru merekalah yang akan lebih mulia dari pada kita? Walaupun pakaian mereka lusuh, namun tak selamanya jiwa mereka lusuh dan iman mereka tidak sempurna seperti bentuk nyatanya. 
Apakah kita tidak pernah berpikir, bahwa siapa pun pasti tidak ingin berada pada keadaan yang kurang, hina, direndahkan dan tersingkirkan seperti mereka. Menjadi olokan sesakit-sakitnya kehidupan mungkin tidak pernah terbayangkan dalam hidup mereka. Maka ketahuilah saudaraku, sesungguhnya seorang raja yang mulia, adalah yang mampu memperlakukan seorang pengemis dengan perlakukan yang lebih mulia. Mereka yang tidak menghargai sesamanya, sebenarnya adalah seperti melepaskan kesempatan diri mereka sendiri untuk menjadi lebih berharga dan lebih dihargai. 
Sungguh kebaikan manusia tidak akan ternilai oleh harta dan kepemilikan dunia, namun kesolehan, kerendahan hati serta sebuah kebaikan akhlak mulia, yang justru akan sangat memuliakannya. Sikap yang terpuji yang kita berikan kepada orang lain, adalah seperti bumerang yang kita lempar, yang kemudian akan berbalik kepada kehidupan kita sendiri. Seperti kalimat bijak, “siapa menanam, maka dia akan menuai. “
Maka, bersyukurlah bagi mereka yang sedang direndahkan, karena ketika suatu hari Allah mengijinkan derajat mereka naik, maka mereka akan sangat lebih tahu bagaimana menghormati orang lain yang sedang terendahkan dan tidak mudah merendahkan siapapun yang dipandang rendah oleh orang lain. Maka, berbahagialah mereka yang dapat dengan sabar melewati episode ujian Allah, lewat penderitaan atas terendahkannya diri mereka oleh manusia. Derajat kesholehan yang lebih tinggi, akan selanjutnya menjadi hak milik mereka, dan sesungguhnya merekalah manusia-manusia yang mulia, dihadapan manusia dan dihadapan Allah. Insyaallah.

(Ratna Puspitasari)

Posting Komentar untuk "Manusia Lalat"