Kesantunan, Sebuah Keindahan Sikap Manusia
Ketika sebuah keindahan tidak terawati oleh kesantunan, maka betapapun indahnya sesuatu itu, maka yang nampak hanyalah kesia- siaan. Dan kelembutan yang tergabung dengan sebuah kesantunan, menjadikan manusia tersebut tergolong makhluk yang terhormat, meskipun dalam pandangan manusia dia berada pada kasta yang terendahkan.
Ketika sebuah kepandaian, ketinggian derajat atau apapun yang di cap sebagai pernak- pernik jabatan manusia, tidak berjabat akrab dengan keanggunan yang terealisasi dalam mengindahkannya, maka cukuplah hal yang telah termiliki itu menjadi bumerang kejelekan yang akan merendahkan pemiliknya sendiri
Kesantunan berbahasa, mengantarkan kita pada sebuah nilai puncak penghormatan atas diri kita sendiri. Betapa tidak, ketika jiwa yang bergejolak karena amarah, tetapi masih bisa menahannya dalam keanggunan sebuah bahasa yang santun dalam menyampaikan, maka hal inilah yang justru mengangkat manusia tersebut dalam kemenangan. Kemenangan setelah menguasai amarahnya, dan kemenangan setelah menguasai keadaan yang membuatnya tidak lebih buruk setelah marah.
Kesantunan sikap membawa kita pada sebuah keteduhan. Betapa tidak, seseorang yang santun kepada sesamanya, adalah sama halnya mengukir sebuah keberhasilan dari memangkas kesombongan dalam hati dan jiwanya. Kesantunan yang menurut para pemilik jiwa yang sombong, hanya yang membawa kerendahan, namun sebaliknya malah akan meninggikan derajat pelakunya. Mereka yang santun juga akan menyuguhkan kesejukan dan akhirnya mendamaikan hati sekitarnya yang tengah bergejolak.
Kesantuan membawa kita pada sebuah kemerdekaan jiwa. Ketika kita telah mampu berlaku santun dalam keadaan apapun kita, dan dalam keadaan apapun manusia di sekitar kita, maka jiwa terbebaskan dengan sebuah kebahagiaan. Apakah benar begitu? coba saja sebutkan berapa banyak orang yang merasa seperti hidup terpenjara karena efek dari sikap buruknya walaupun jasadnya bergerak kemanapun dia pergi!
Kesantunan membawa kita pada sebuah anugrah yang bernama kebahagiaan. Siapapun yang menanam maka dia akan menuai. Siapapun yang berbuat baik kepada sesamanya, maka kebaikanlah yang akan dipanennya. Dan seperti sebuah kepastian, kesantunan adalh seperti sebuah bayangan yang akan selalu menempel kebaikannya kepada pemiliknya.
Jiwa- jiwa yang lembut itu akan selalu santun, karena menyadari bahwa Allah mereka adalah yang mengajarkan mereka dan Allah juga adalah yang maha santun kepada mereka. Jiwa yang santun akan mudah memperoleh malu sehingga menjauhkannya dari sebuah aib dan masalah baru yang ada dalam hidupnya.
Jiwa- jiwa yang santun akan selalu menghadirkan kehangatan bagi siapapun yang mendekati dan menyaksikannya. Karena tidak ada di dunia ini manusia yang mau diperlakukan secara tidak baik. Untuk itulah kehangatan kasih sayang sesama akan sangat mudah diperolehnya.
Pun ketika jiwa- jiwa yang pemberani namun berlaku santun, maka keberanian itu bukanlah sebuah arogan yang tak terorganisir, melainkan keindahan yang terbalut rapi penuh keanggunan namun memantaskan.
(Syahidah/Hadila.com)
Ketika sebuah kepandaian, ketinggian derajat atau apapun yang di cap sebagai pernak- pernik jabatan manusia, tidak berjabat akrab dengan keanggunan yang terealisasi dalam mengindahkannya, maka cukuplah hal yang telah termiliki itu menjadi bumerang kejelekan yang akan merendahkan pemiliknya sendiri
Kesantunan berbahasa, mengantarkan kita pada sebuah nilai puncak penghormatan atas diri kita sendiri. Betapa tidak, ketika jiwa yang bergejolak karena amarah, tetapi masih bisa menahannya dalam keanggunan sebuah bahasa yang santun dalam menyampaikan, maka hal inilah yang justru mengangkat manusia tersebut dalam kemenangan. Kemenangan setelah menguasai amarahnya, dan kemenangan setelah menguasai keadaan yang membuatnya tidak lebih buruk setelah marah.
Kesantunan sikap membawa kita pada sebuah keteduhan. Betapa tidak, seseorang yang santun kepada sesamanya, adalah sama halnya mengukir sebuah keberhasilan dari memangkas kesombongan dalam hati dan jiwanya. Kesantunan yang menurut para pemilik jiwa yang sombong, hanya yang membawa kerendahan, namun sebaliknya malah akan meninggikan derajat pelakunya. Mereka yang santun juga akan menyuguhkan kesejukan dan akhirnya mendamaikan hati sekitarnya yang tengah bergejolak.
Kesantuan membawa kita pada sebuah kemerdekaan jiwa. Ketika kita telah mampu berlaku santun dalam keadaan apapun kita, dan dalam keadaan apapun manusia di sekitar kita, maka jiwa terbebaskan dengan sebuah kebahagiaan. Apakah benar begitu? coba saja sebutkan berapa banyak orang yang merasa seperti hidup terpenjara karena efek dari sikap buruknya walaupun jasadnya bergerak kemanapun dia pergi!
Kesantunan membawa kita pada sebuah anugrah yang bernama kebahagiaan. Siapapun yang menanam maka dia akan menuai. Siapapun yang berbuat baik kepada sesamanya, maka kebaikanlah yang akan dipanennya. Dan seperti sebuah kepastian, kesantunan adalh seperti sebuah bayangan yang akan selalu menempel kebaikannya kepada pemiliknya.
Jiwa- jiwa yang lembut itu akan selalu santun, karena menyadari bahwa Allah mereka adalah yang mengajarkan mereka dan Allah juga adalah yang maha santun kepada mereka. Jiwa yang santun akan mudah memperoleh malu sehingga menjauhkannya dari sebuah aib dan masalah baru yang ada dalam hidupnya.
Jiwa- jiwa yang santun akan selalu menghadirkan kehangatan bagi siapapun yang mendekati dan menyaksikannya. Karena tidak ada di dunia ini manusia yang mau diperlakukan secara tidak baik. Untuk itulah kehangatan kasih sayang sesama akan sangat mudah diperolehnya.
Pun ketika jiwa- jiwa yang pemberani namun berlaku santun, maka keberanian itu bukanlah sebuah arogan yang tak terorganisir, melainkan keindahan yang terbalut rapi penuh keanggunan namun memantaskan.
(Syahidah/Hadila.com)
Posting Komentar untuk "Kesantunan, Sebuah Keindahan Sikap Manusia"