Umat Islam Medianya Mana?
Suriah memang masih bergolak. Nampaknya kepedulian pemerinta RI tidak
terlihat mencolok. Ekspose media terhadap kepedulian Suriah juga tidak
kentara. Mungkin saja ada, dan saya tidak melihatnya. Atau malah mungkin
sama sekali tidak ada. Satu hal yang jelas, media massa televisi tidak
menyajikan itu di tengah tengah kita. Malahan yang menonjol adalah kasus
korupsi, kasus perebutan budaya, dan kasus pilkada jakarta.
Saya pun akhirnya sadar, protes terhadap ketidak adilan ini hanya menyeru di ruang kosong. Ketidakberpihakan media massa tentu saja adalah hal lumrah. Mereka tidak punya kepentingan sama sekali terhadap berita Suriah. Lagipula mereka dapat apa saat memberitakan ini semua?
Di sisi lain, kita tidak mampu menciptakan media yang besar sebesar televisi nasional. Alasannya klise, umat ini belum mampu bersatu. Ormas ormas besar tentu saja punya kepentingan sendiri sendiri. Saat diminta bikin televisi Islam, idiologi islam aliran tidak bisa disatukan. Satu ingin media yang pro tahlihan, satu lagi kontra tahlilan.
“Bentrok” di lini ini dari dulu sampai sekarang belum juga selesai. Pertarungan kepentingan di negeri ini tidak memberi kesempatan adanya titik temu. Memberi sajian dan tayangan islami bagi negeri yang berpenduduk islam terbesar ini masih jauh dari harapan.
Tapi, meski langit terasa gelap, lilin kecil harus menyala. Saya berharap pada mereka yang peduli, sedikit dan sekecil apapun tuk berbuat. Melayani umat dengan informasi yang mendidik. Menyajikan majalah, buku, buletin, mading mading, radio dan bahkan teve lokal untuk mengobati kerinduan umat terhadap sajian islami itu. Meski sekupnya masih kecil, dananya masih ngos ngosan, dan sdmnya masih jauh dari dikatakan profesional.
Tapi semuanya bekerja untuk peradaban. Bahwa kita sudah memulai, itu yang paling penting. Sembari menyiapkan kader kader yang siap melanjutkan, perjuangan ini harus tetap berkibar. Sekuat, sehebat apapun media massa nasional yang mungkin anti islam, akan habis tuntas, manakala tak ada pemirsa yang melihat. Ratingnya turun, dan bahkan mungkin ambruk karena pengeluaran yang terlalu besar.
Ayo tetaplah bergerak di media. Meski kita belum melakukan apa apa, tapi kita sudah memulai. Perjalanan ribuan mil, tetap harus dimulai dengan langkah pertama. Ayunkan langkah kananmu, tetaplah berada di jalur islam, sampai kapan pun.
dikutip dari : blog.burhanshadiq.com
Saya pun akhirnya sadar, protes terhadap ketidak adilan ini hanya menyeru di ruang kosong. Ketidakberpihakan media massa tentu saja adalah hal lumrah. Mereka tidak punya kepentingan sama sekali terhadap berita Suriah. Lagipula mereka dapat apa saat memberitakan ini semua?
Di sisi lain, kita tidak mampu menciptakan media yang besar sebesar televisi nasional. Alasannya klise, umat ini belum mampu bersatu. Ormas ormas besar tentu saja punya kepentingan sendiri sendiri. Saat diminta bikin televisi Islam, idiologi islam aliran tidak bisa disatukan. Satu ingin media yang pro tahlihan, satu lagi kontra tahlilan.
“Bentrok” di lini ini dari dulu sampai sekarang belum juga selesai. Pertarungan kepentingan di negeri ini tidak memberi kesempatan adanya titik temu. Memberi sajian dan tayangan islami bagi negeri yang berpenduduk islam terbesar ini masih jauh dari harapan.
Tapi, meski langit terasa gelap, lilin kecil harus menyala. Saya berharap pada mereka yang peduli, sedikit dan sekecil apapun tuk berbuat. Melayani umat dengan informasi yang mendidik. Menyajikan majalah, buku, buletin, mading mading, radio dan bahkan teve lokal untuk mengobati kerinduan umat terhadap sajian islami itu. Meski sekupnya masih kecil, dananya masih ngos ngosan, dan sdmnya masih jauh dari dikatakan profesional.
Tapi semuanya bekerja untuk peradaban. Bahwa kita sudah memulai, itu yang paling penting. Sembari menyiapkan kader kader yang siap melanjutkan, perjuangan ini harus tetap berkibar. Sekuat, sehebat apapun media massa nasional yang mungkin anti islam, akan habis tuntas, manakala tak ada pemirsa yang melihat. Ratingnya turun, dan bahkan mungkin ambruk karena pengeluaran yang terlalu besar.
Ayo tetaplah bergerak di media. Meski kita belum melakukan apa apa, tapi kita sudah memulai. Perjalanan ribuan mil, tetap harus dimulai dengan langkah pertama. Ayunkan langkah kananmu, tetaplah berada di jalur islam, sampai kapan pun.
dikutip dari : blog.burhanshadiq.com